Rabu, 21 Januari 2015

cerpen



Adikku sayang adikku malang
By; Putri Nilam Sari

          Subuh itu, aku terbangun seiring dengan berkumandangnya suara azan, dan aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh, ketika itu juga kakak ku sherin pulang ke rumah dalam keadaan tak sadarkan diri, ia selalu begitu, pulang dalam keadaan mabuk, dan selalu pada saat subuh bahkan pagi hari, kehidupannya sudah bagaikan kalong, yang siangnya tidur dan malam pun berkeliaran di luar rumah, kebiasaan itu terjadi mulai saat kami di tinggal oleh kedua orang tua kami, yang meninngal karena kecelakaan pesawat. Mungkin ia terlalu troma dengan kejadian tersebut sehingga ia sulit untuk menerima kenyataan, ditambah lagi dengan keadaan adik ku yang memiliki kekurangan pada kaki nya, yang membuat adikku harus berjalan dengan tongkat. Bagi kakak ku, delvia adikku yang cacat itu adalah sebuah masalah baginya karena dengan keadaan itu delvia  tak mampu untuk bekerja membantu nya, jangan untuk membantunya untuk melakukan pekerjaan rumah saja ia tak mampu.
          Suatu hari, ketika aku selesai melaksanakan shalat subuh kakak ku pulang dalam keadaan benar benar mabuk, ia mengedor-ngedor pintu rumah dan karna tak sabar menunggu aku selesai shalat ia mendobrak pintu rumah, dan ketika itu aku telah berada di belakang pintu bersiap membuka pintu, dan nyatanya pintu tersebut telah jatuh ke wajahku, dan menimpa tubuh ku, adikku delvia  pun datang dan menangis, aku yang tadi nya terjatuh mencoba untuk bangun dan mengambil botol minuman keras yang sedang di genggam kakak ku, tapi sayang nya ia makin emosi dan menampar pipiku, adikku yang dari tadinya menangis ter isak isak sekarang menangis semakin keras. Kejadian itu hampir terjadi setiap hari, aku pun tidak pernah tahu kapan hal itu akan berakhir, aku hanya mampu untuk  bersabar dengan semua perlakuan kakakku.
          Seiring berputar nya waktu, tibalah saatnya aku harus berangkat ke sekolah, pagi itu berangkat ke sekolah dengan pipi yang memar akibat tamparan kakakku subuh tadi,walau terasa sakit, aku tetap bertahan untuk datang ke sekolah, karna aku sadar, hanya aku yang bisa menerus kan cita cita ayah ibuku, kakakku tidak mungkin karna dia lah yang mencari nafkah untuk biya hidup kami dan sekolah ku, dan adikku, juga tidak mungkin, karena ia memiliki kekurangan fisik. Namun itu semua bukan sebuah cobaan bagiku, melainkan itu adalah sebuah ujian bagiku untuk menjadi pribadi yang baik. Dan tantangan terbesar bagi ku untuk mencapai semua cita cita ku.
 Di sekolah, selalu saja gebby dang geng nya yang menjahili & mengganggu hidup ku, mereka merupakan teman sekelasku, mereka memperlakukanku layaknya seorang babu, aku tak pernah mengerti apa salah ku pada mereka, sehingga mereka begitu membenci ku, dan memperlakukanku dengan tidak pantas seperti itu. Ketika jam istirahat aku pun pergi ke kantin, tapi bukan untuk membeli makanan, melain untuk memuaskan hobi ku, yaitu membaca novel, saat itu aku sedang membaca novel yang berjudul “my idiot brother” tiba tiba datang lah rendy, dia adalah seorang cowok yang disukai oleh gebby, tapi si rendynya malah suka sama aku, mungkin hal itu lah yang membuat gebby menjadi sangat benci pada ku, sebanarnya aku tidak pernah menghiraukan perasaan rendy pada ku, tapi gebby terlalu sensetif pada ku sehingga dia begitu marah pada ku saat ia mengetahui rendy mendekati ku, di tambah lagi siang itu rendy mengajak aku pulang sama, dan gebby pun mengetahui hal tersebut, lalu ia merencana kan hal buruk terhadap diriku.
Siang itu sepulang aku dari sekolah aku langsung minta izin pada delvia untuk pergi ke pasar membeli bahan bahan makanan yang mulai habis, dan ketika aku berada di pasar gebby dan geng nya datang kerumah ku, karena mereka tidak menemukan ku mereka menjadikan adikku sebagai ganti nya, mereka menyiksa adikku hingga kepala adikku berdarah, meliahat kepala adikku yang berdarh itu mereka ketakutan dan melarikan diri dari rumah ku, beberapa saat setelah mereka pergi kak sherin pulang dan menemukan adikku dalam keadaan sekarat kepalanya terus mengeluarkan darah, ia sangat panik,  rasa penyesalan seketika datang menghadiri, ia sadar selama ini begitu jahat pada adiknya, ia tak pernah peduli pada adiknya, bahkan ia membenci adiknya dan menganggap adiknya adalah cobaan baginya.ia pun menangis saat adiknya menghembuskan nafas terakhirnya di hadapanya, tak lama kemudian aku pun pulang kerumah dan sangat terkejut dengan apa yang terjadi dirumah ku, darah berserakan dan kakak ku menangis dengan keras, aku pun segera menangis saat mengetahui kematian adikku.
Ke esokkan harinya ketika aku ke sekolah aku tekejut melihat seorang polisi datang ke sekolah mencari gebby dang geng nya untuk menanyakan kebenaran laporan kasus pembunuhan yang telah mereka lakukan, ternyata yang melaporkan kejadian itu adalah vivi salah satu anggota geng mereka, setelah beberapa saat meng introgasi gebby dan doni, polisi memutus kan untuk memasukan mereka ke jeruji besi. Setelah kejadian itu vivi yang ada kelain mental itu pun berubah menjadi sangat baik terhadap ku, ia pun meminta maaf atas semua kejahatan yang telah ia dan teman teman nya lakukan. Begitu juga dengan kakak ku, ia telah berubah dan kebiasaan buruknya itu tidak lagi ia lakukan, aku pun sekarang telah bisa merasakan kasih sayang dari seorang kakak, kini aku hidup bahagia bersama kakak ku, dan disekolah pun tak ada lagi yang menjahili ku, kini semua penderitaan ku telah berakhir.

Tamat !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar